Advertisement
Gerakan World Drowning Prevention Day atau Hari Pencegahan Tenggelam Sedunia diperingati tiap tanggal 25 Juli diinisisasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah sebagai upaya meningkatkan kesadaran tentang bahaya tenggelam sekaligus mengedukasi publik mengenai cara-cara untuk mencegah dan menyelamatkan orang yang tenggelam.
Mengusung tema “Do Thing to Prevent Drowning” Balawista Sangsit Buleleng mengadakan kegiatan simulasi penanganan korban tenggelam massal, penyelamatan lewat Inflatable Rescue Boat (IRB), board rescue, tube rescue, linethrow, one man drag dan team carry.
Ketua Balawista Sangsit Buleleng, Agus Dharma mengatakan, acara advokasi global ini memberikan kesempatan untuk menyoroti dampak mendalam kematian yang diakibatkan oleh fenomena tenggelam baik di laut maupun kawasan danau dan sungai.
Agus Dharma menambahkan, peringatan ini juga mengusulkan langkah-langkah penyelamatan jiwa untuk mencegah dan mengurangi korban tenggelam. Tak hanya diikuti oleh dewasa, Hari Pencegahan Tenggelam Sedunia melibatkan balawista cilik.
“Bahkan kita libatkan anak-anak karena dasarnya peristiwa tenggelam hingga memakan korban jiwa rata-rata adalah usia dibawah remaja dan kebanyakan laki-laki. Sehingga dengan melibatkan anak-anak potensi tenggelam bisa dicegah. Dalam pelaksanaan kita libatkan setidaknya 18 peserta anak-anak dibawah usia 14 tahun,” ungkapnya.
Ditempat sama, hadir dalam kegiatan Hari Pencegahan Tenggelam Sedunia, Penggagas Balawista di Provinsi Bali, I Gede Berata mengapresiasi upaya yang dilakukan Balawista Sangsit.
Pentingnya menggaungkan gerakan mitigasi ini sebagai upaya menekan terjadinya peristiwa tenggelam yang dapat berpotensi menelan korban jiwa.
Untuk di Bali, Gede Berata menyebut keberadaan Balawista sangat penting guna mendukung kemajuan pariwisata. Unsur keamanan dan keselamatan menjadi garansi bagi wisatawan untuk menikmati wisata tirta sehingga eksistensi keberadaan Balawista patutnya didukung penuh.
“Jika ditempat rekreasi ada Balawista atau life guardnya maka wisatawan akan terjamin keselamatannya. Kegiatan ini sangat bagus dalam upaya mengedukasi minimal cara menyelamatkan diri dan orang lain. Ini sangat penting,” terangnya.
Kendati demikian, Gede Berata yang mengaku menggagas Balawista di Pulau Dewata sejak tahun 1972 mengaku perkembangan organisasi ini sangat lamban.
Minim dukungan pemerintah terhadap keberadaan Balawista diakuinya. Terbukti dari Sembilan kabupaten/kota, masih ada dua daerah belum terbentuk Balawista.
“Hanya Kabupaten Jembrana dan Bangli yang belum ada. Kami sudah dekati pemerintahnya, bahkan ada yang menyebut dengan alasan tidak memiliki pantai padahal keberadaan danaunya sering memakan korban,” imbuh Berata.
Kegiatan Hari Pencegahan Tenggelam Sedunia ini dibuka dan dihadiri Dinas Pariwisata, Dinas Kelautan dan Perikanan, Perbekel Desa Sangsit, unsur TNI-POLRI, BPBD Kabupaten Buleleng, Basarnas Kabupaten Buleleng, DPD GIAN Buleleng, P3B. Termasuk melibatkan Pokmakwas Baktisraga, Pokmaswas Pacung, Pokmakwas Bondalem, Balawista Badung, Balawista Gianyar dan Balawista Sanur, KKN Mahasiswa Unud. (Red)