Advertisement
SINGARAJA, KABARNETIZENS.com
Made Astika, S.Pd M.Pd pria kelahiran tahun 1964 di Desa Banyupuh, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng merupakan Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Buleleng ini memiliki kisah yang Inspiratif. masa lalu ketika masih jadi pelajar di SMA negeri 1 Seririt sambil tukang buruh angkut buah dan sayur di pasar Seririt
Bagaimana kisahnya jadi buruh angkut buah dan sayur di pasar Seririt ? Pria yang telah menginjakan usia 59 tahun itu merupakan anak ke 4 dari 7 bersaudara yang kesemuanya lahir di Desa Banyupuh
Secara terbuka, Made Astika tak berat hati menceritakan banyak kisah kehidupannya kepada KabarNetizens.com saat berada di Kantor Disdikpora yang terletak di Jalan Pahlawan Singaraja, Senin (30/9/2024)
Jenjang pendidikan yang ditempuh oleh Made Astika yakni SD Negeri 01 Banyupoh D SMP Negeri 1 Seririt yang berada di Gerokgak, dan , SMA Negeri 1 Seririt, hingga berjenjang ke perguruan tinggi Universitas Udayana Denpasar
Made Astika mengaku banyak rintangan yang harus ia lalui untuk dapat memiliki riwayat jenjang pendidikan tingkat SMA 1 Negeri 1 Seririt. Sekitar tahun 1980 ia menjadi pelajar di SMA negeri 1 Seririt ia harus menjadi buruh di pasar Seririt untuk menghidupi kebutuhan sehari hari.
" Pengalaman adalah guru yang sangat luar biasa. Waktu tamat SD saya sempat berhenti 3 tahun karena latar belakang orang tua yang tidak mampu. Di sisi lain banyak saudara,"ujar Astika mencoba menahan air matanya
Sebab, menurut suami dari Luh Puji Astiti ini tak banyak bagi anak sebayanya kala itu yang dapat mengenyam pendidikan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) apalagi Universitas.
Ia kembali mengkisahkan riwayat perjalan hingga menujuh orang nomor satu di lingkungan Dinas pendidikan kepemudaan dan olahraga kabupaten Buleleng ini. Kala itu ia tidak segan dan gengsi menjadi tukang angkut buah di pasar Seririt ketika malam tiba
ketika sejumlah pedagang buah dan sayur berdatangan untuk menjajaki dagangannya di pasar Seririt, ia bersama bebrpa rekannya angkut buah dari kendaraan hingga di dalam kos pasar Seririt sembari menata barang dagangan.
"Ya upahnya Rp 100, ya untuk belanja dan keperluan lainnya,"Pada jaman saya itu pendidikan cukup susah dan anak sebaya saya tidak banyak yang sekolah apalagi di desa," kata Astika sembari tersenyum mengenang kisah sejarah dirinya itu,
Bahkan, Ia tak menyangka bahwa dirinya mampu mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi di tengah kondisi dirinya yang bermodalkan kesederhanaan. Ditambah sang orang tua yang hanya berprofesi sebagai buruh tani
Merantau ke Seririt dan jauh dari orang tua karena hanya untuk melanjutkan jenjang pendidikan SMA, Made Astika memiliki dua putra dan satu putri ini selain rajin dan ringan tangan ini diberikan kepercayaan untuk mengawasi rumah kontrakan milik salah satu warga Seririt dan Made Astika tidak dipungut biaya bulanan dengan catatan ia harus membuka lapak pasar Seririt tiap hari.
"Mungkin itu proses jalanya yang harus dilalui. selama 3 tahun saya diminta merawat dan mengawasi kos kosan dan tiap harinya saya harus membuka lapak pasar. Ya syukirin saja. Bahkan saya sempat menabung untuk melanjutkan ke perguruan tinggi,"kisah Astika
Sejumlah sehabatnya dan alumni SMA Negeri 1 Seririt cukup mengapresiasi perjuang Made Astika untuk menggapai impiannya. Sebut saja Made Adipta Putra, Kepala TK Kusuma Putra Desa Ringdikit ini sosok Made Astika cukup inspiratif bagi dunia pendidikan di Buleleng sebab menurutnya, selain memiliki kecerdasan ilmu eksakta juga tidak gengsi.
Menurut Adipta, ketika masih menjadi pelajar di SMA negeri 1 Seririt, Made Astika sudah tampil sebagai asisten guru. Salah satu contoh ketika ada yang tidak bisa mengerjakan tugas dari guru sepeti Pekerjaan Rumah (PR) Astika tidak segan segan mengerjakan tugas itu.
"Pak Astika belajar dari pengalaman tidak mampu orang tuanya sehingga sangat muda bergaul dan pekerja keras bahkan sampai malam hari mengangkut buah dan sayur " kata Adipta Putra
Hal senada juga dikatakan salah satu sahabat karibnya, Putu Sosiawan asal Desa Gesing, Kecamatan Banjar. sekitar tahun 1980 an keduanya masih berstatus Pelajar SMA negeri 1 Seririt. menurutnya, banyak pengalaman pahit ketika masih jadi pelajar di SMA negeri 1 Seririt kala itu.
"Saya tahu persis kehidupan pak Astika dengan keluarganya. Beliau banyak menginspirasi dalam kehidupan saya terutama menanamkan jiwa kerja keras dan kejujuran itu m3njadi sumber inspirasi. Suka suka kami alami bersama bagaimana bertahan hidup ketika jauh dari orang tua,"tandas Sosiawan.
Made Astika ini, kata Sosiawan, dibekali kecerdasan dan ringan tangan dan muda bergaul. Pelajaran yang sulit bagi orang kebanyakan adalah matematika. Namun bagi Astika, kata Sosiawan lagi, itu pelajar. yang sangat digemari Astika. "Kalau ada guru yang tidak masuk kelas pak Astika yang percayakan mengajar di depan kelas dari situ jiwa kepemimpinan sudah kita rasakan,"kisah Sosiawan (Yasin_net)